Kami berangkat pagi sekali menuju tempat yang sudah pernah kami kunjungi. Sudah tak perlu untuk saya terangkan lagi rute perjalanannya karena sudah saya pernah post sebelumnya dan saya tak mau repot mengingatnya lagi *Emot Nyengir*.
Sampai di pintu masuk, ternyata parkiran pagi itu kosong dan ternyata memang beberapa waktu lalu di sana sempat ada longsor. Tapi kami tak mau mengurungkan niat kami semula, akhirnya kami tetap melangkahkan kaki.
Ternyata jalur daki saat ini sudah diubah, bermula di dekat pintu parkir bagian dalam. Dari situlah perjalanan kami mulai.
Tuhan Selalu Membuatku Jatuh Cinta. |
Di sela - sela tanjakan kami sempat istirahat karena ternyata jalur sempit yang dulu itu kini semakin smepit dan tak lagi dipagari ilalang, tampak bekas longsorang tersisa di sana, lagi pula kami memang harus bergantian dengan beberapa orang yang mau turun. Dan ada satu kejadian yang mmebuat saya terkejut, salah satu pendaki yang sedang turun hampir saja terjatuh setelah terpeleset batu tepat di jalur yang menyempit itu. Beruntung tak sampai jatuh.
Perjalanan kami lanjutkan hingga akhirnya kami berhasil sampai di puncak Gunung Batu.
Bukan Lelahnya tapi Acrophobianya |
Beranjak Siang |
Ada yang menyita perhatian saya saat berada di puncak. Ya itu sebuah monumen peringatan akan salah satu pendaki yang menjadi korban di sana. Kalau saya hitung kurang lebih empat hingga lima bulan kunjungan saya ke sini.
In Memoriam Andri Cahya Nugraha Semoga Diterima si Sisi-Nya |
Uang pasti habis.
Tua itu pasti.
Mati juga pasti.
Lalu kenapa harus mengkhawatirkannya?
Jalani saja!
-ME-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar