Menuju Leuwi Lieur
Setelah tidak berapa lama kami mendaki jalan setapak di sisi tebing, kami berdua akhirnya sampai di pintu masuk Leuwi Lieur, kami hanya perlu mengeluarkan Rp 5.000,- per orang untuk dapat menikmati pesona Leuwi Lieur. Perjalanan menuju area Leuwi yang berarti Sungai dan Lieur berarti pusing, kami menuruni jalan yang cukup curam, hingga akhirnya sampai di lokasi, kami terpesona dengan kontras warna antara beningnya air yang menerpa bebatuan yang berwarna kemerahan ditambah pancaran sinar mata hari membuatnya semakin tampak indah.
Terik Matahari tidak bisa menahan kami untuk menikmati pemandangan indah di area Leuwi, namun kami enggan untuk kembali bermain air, selain karena malas berganti pakaian, juga karena area itu cukup dipenuhi pengunjung. Kamipun hanya duduk di sekitar bebatuan dengan membuat camp dari jaket dan pakaian basah kami yang kami tumpuk di atas kayu - kayu yang kami bentuk menjadi atap. Sungguh indah apa yang sudah Tuhan sajikan di depan mata saya, membuat saya semakin memahami apa arti kata Syukur.
Di tengah jalan kami beberapa kali berhenti, ada satu titik saat kami berhenti karena saya ingin mengabadikan lukisan jajaran pegunungan yang hijau. Saat saya sedang berdiri di sisi jalan berlubang, tiba - tiba terdengar sebuah suara sedang berbicara dengan partner saya yang sedang duduk di atas motor sambil mengabadikan pemandangan yang juga sedang saya ambil gambarnya.
|
Berhenti Sesaat |
|
Mengambil Beberapa Gambar |
"Bang kalau mau foto bayar dulu!" Suara anak - anak kecil itu membuat saya menoleh.
"Bayar buat apa? ini punya alam, ini Tuhan yang punya bukan kalian." Dengan reflek partner saya menjawab.
Ditemani Sunset
Perjalanan pulang kami tidak kalah indah, setelah sempat mampir makan di warung yang sebelumnya kami mampir saat menuju lokasi, kamipun melanjutkan perjalanan. Sekali lagi melewati area Sentul yang saya kagumi dan bahkan kali ini terasa lebih indah karena bertepatan dengan waktu di mana Sang Mentari terbenam.
|
Kembali Memasuki Sentul |
|
Unik |
|
Pepohonan di daerah Sentul |
|
Mulai Terbenam |
|
Semakin Menjauh |
|
Perfect Trip |
|
Refraction |
|
Meninggalkan Sentul |
|
Salam Senja |
|
Kecupan Terakhir Untuk Sentul yang Mengagumkan |
Perjalan kali ini sekali lagi menjadi anugerah yang begitu indah bagi kami. Satu yang saya ingat ketika menjejaki Curug Bengkok Leuwi Hejo pagi tadi, ada sebuah plang dari kayu yang dipaku di sebuah batang phon dan bertuliskan.
"Kita Tidak Mewarisi Bumi Dari Nenek Moyang,
Tapi Kita Meminjamnya Dari Anak Cucu."
Tidak ada alasan untuk kita merasa memiliki alam hingga membuat kita hanya mau mengambil keuntungan saja dari apa yang tersedia di dalamnya. Ingat Alam menghidupi kita apakah kita sudah cukup membalas budinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar