"Hey Wassup Broo!" Seru gadis bertubuh kecil dengan rambut rebonding bernama Merry. Satu hal yang harus anda tahu tentang Merry, anda tidak perlu mengerjai Merry untuk melihatnya tersiksa atau supaya anda bisa tertawa, cukup tunggu sampai Merry melakukan hal yang membuat dirinya tersiksa dan mempermalukan dirinya sendiri.
"Wassap wassup! Ngomong Atmosfer aja belum bener, sok Wassap Wassup!" Komentar Ade.
"Heh! Bisa Ya!" Merry nyolot.
"Coba bilang! ATMOSFER!" tantang Bintang.
"ASMOSFER" dengan penuh percaya diri Merry menyebutkannya.
"Hahahha apaan it asmosfer." Cela Winda dengan suara kecil nyaris tidak terdengar.
"AT" Aji membimbing meri
"AT" meri mengikuti
"MOS" lanjut Aji
"MOS" Merry masih dengan yakin mengikuti ejaan.
"FIR" masih dengan sabar.
"FIR" Merry masih mengikuti.
"ATMOSFER" pungkas aji.
"Asssstssssmosssfer" Susah payah namun tetap gagal. Tawa kami meledak menghakimi.
We didn't locked you in!
Tanpa menghiraukan tawa kami yang terdengar menghina Merry berlalu masuk ke kamar mandi yang terletak di hadapan kami yang sedang bersandar di railing kayu lantai dua ruang teori.
Tak lama tiba - tiba terdengar suara gaduh dari kusen pintu yang dihantam berkali - kali oleh guncangan daun pintu. Kami berempat hanya diam sambil memandandang sinis ke arah pintu.
"Bin bin!!! Jangan iseng doooong!" Suara Merry terdengar begitu miris dari dalam toilet. Kami diam dan saling bertukar pandang.
"Bin Biiiiin!" Terdengar semakin getir.
"Apaan sih Mer orang gak ada yang ngunciin!" Bintang yang merasa difitnah berteriak tak terima. Kali ini masih terdengar suara isakan dari balik pintu toilet yang masih diiringi gaduh benturan daun pintu dan kusen. Kami mulai bingung, namun tidak satupun dari kami yang membantu, karena kami pikir dia hanya lupa tidak membuka engsel pintu saja.
"Ada apa dek?" Tiba - tiba seoarang senior perempuan yang sepertinya bermaksud untuk ke toilet. Kami hanya menggelengkan kepala dan mengangkat bahu untuk menjawab pertanyaannya.
Dengan heroik kakak kelas bernama Ika itu mendekati pintu kamar mandi dan mendorongnya dengan sedikit tambahan tenaga. Akhirnya pintupun terbuka, tampak wajah meri yang memelas penuh air mata merambati pipinya. Dia mengusap - usap matanya sambil berlalu ke dalam kelas mengabaikan kami.
Oh ternyata...
Tak lama setelah Kak Ika masuk toilet, suara gaduh itu sekaki lagi terdengar.
"Krek Brak!" Akhirnya pintu terbuka dan terlihat sosok Kak Ika sambil nyengir kuda kekuar dari toilet.
"Oh ternyata macet pintunya." Terangnya tanpa kami minta.
"Oooh..." Hanya itu tanggapan kami.
Setelah senior kami berlaku kami tertawa terbahak - bahak mengingat kejadian Merry tadi yang ternyata memang itu diakibatkan oleh pintu toilet yang macet.
Merry, Merry.
Terima kasih untuk kekonyolanmu Mer.
Honor and Pride
Friends
Tidak ada komentar:
Posting Komentar