Kali ini setelah sempat menghamburkan uang, Kami memutuskan untu mampir atau lebih tepatnya mengunjungi Pantai Ancol dengan expektasi dan bayangan akan keindahan sunset sebelumnya. Rasanya memang tidak mudah bagi kami apa lagi setelah menghabiskan beberapa lembar uang kami harus mengeluarkan uang sebesar Rp 65.000,- untuk kami berdua bertaruh mendapatkan sunset atau setidaknya pemandangan yang indah di Area Pantai komersil tersebut.
Bermodal Nekat
Ya mau dikata apa lagi, kami bosan menghabiskan waktu libur dengan hanya berdiam diri di kamar menghabiskan waktu dengan hanya berbaring dan nonton tv saja, terlebih lagi sepertinya alam berpihak kepada kami atau mungkin karena sekarang memaauki musim kemarau, jadi suasana langit cukup bersahabat meski terbilang panas.
Setelah sempat menikmati makan siang di Mie Jogja di bilangan Tebet, kamipun tidak mau menyia - nyiakan waktu untuk menunda keberangkatan menuju ancol. Minggu ini, yang menemani kami adalah Si Ganteng, motor Mio GT merah hitam milik saya.
Sekitar kurang lebih satu Jam kami akhirnya sampai di pintu gerbang Taman Impian Jaya Ancol. Sepertinya cukup ramai untuk minggu ini -24 Mei 2015- dan ternyata benar. Tidak sepertu biasanya, kali ini kami singgah dulu di area Pantai Indah seberang Putri Duyung dekat Monumen Ancol sebelum pindah ke area Pantai Pasir Putih tempat kami biasanya menunggu detik - detik terbenamnya Matahari.
Peluasan Area Pantai Berpasir
Siluet Senja
Kami berpindah ke salah satu sisi timur pantai, mengamati beberapa kapal pengeruk dan menikmati sisa Sunset yang ada. Cukup memuaskan karena bisa menghasilkan Siluet Senja yang indah baik dari mata Nikon D3200 milik partner saya, juga dari Mata Ponsel Lumia 730 milik saya.
|
Siluet di kala Senja |
|
Bersama Orang - Orang Tercinta |
|
Para Penikmat Senja |
|
Salam Senja |
|
Anugerah Tuhan yang begitu Indah. |
|
Perluasan Area Pantai Pasir Putih Ancol. |
Apa ukuran dari keindahan? Apakah kepuasan yang terasa dalam hati?
Lalu apakah jaminan dari kepuasan hati? Apakah keindahan?
Bagi saya, bukan! Tapi rasa Syukur atas anugerah yang Tuhan berikan.
Mata ini memandang segala aspek yang ada,
namun kemudian kepala, hati dan ego yang mengerucutkan.
Mementingkan salah satu aspek dan mengabaikan aspek yang lainnya.
Ini realita, dan memang ini lah kenyataan.
Saya manusia dengan sisi obyektif dan sudut pandang yang menurut saya benar.
Namun belum tentu benar menurut orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar