13 Oktober 2013
Pagi buta ketika dingin masih menyelimuti kota, kami terbangun melawan rasa kantuk, mendahului kumandang adzan subuh juga mendahului Sang Surya yang belum beranjak dari pembaringannya. Kami sudah berencana untuk mengunjungi seorang teman di Leuwi Gajah, Cimahi. Dia menyarankan untuk mengunjungi Kawah Putih dan katanya kalau memungkinkan dia akan mengantar kami ke lokasi. Berbekal janji itulah kami akhirnya memberanikan diri mengendarai Si Ganteng menuju Cimahi dari Jakarta. Karena libur panjang dan takut terhadang oleh kemacetan jalur Puncak, maka kami berangkat pagi buta setelah menunaikan Shalat Subuh.
Jakarta - Puncak
Dingin masih menusuk pori - pori kulit kami meski kami mengenakan jaket yang cukup tebal, bahkan meski matahari sudah mulai terbit, untung saja sejauh mata memandang kami tak melihat kemacetan sedikitpun, mungkin belum lebih tepatnya. Setelah menanjaki tanjakan menuju Puncak yang berkelak - kelok cukup lama, kami akhirnya berhenti sejenak untuk beristirahat dan sarapan di seberang Masjid Attauwun. Menikmati segelas kopi panas dan jagung bakar, sambil menikmati pagi yang cerah.
View dari depan Attauwun |
Dari Warung Depan Attauwun |
Sarapan Hangat |
Mangga mampir heula sakedap |
Sekitar hampir empat jam dari perjalanan di mulai, kami akhirnya tiba di rumah teman saya di kawasan Leuwigajah, Cimahi. Lebih tepatnya di pemukiman depan SMK N 1 Cimahi atau lebih terkenal dengan sebutan STM Pembangunan Bandung. Ternyata ketika kami sampai, teman saya sudah mempunyai janji dengan sahabat - sahabatnya untuk pergi entah ke Lembang. Awalnya kami diberikan opsi untuk melanjutkan dengan rute yang baru saja dia jelaskan atau ikut bersama mereka menuju pemandian air panas di daerah Lembang. Sebenarnya cukup tergiur juga untuk mencicipi pemandian air panas, tapi karena saya bukan tipe orang yang mudah bersosialisasi dengan orang - orang baru, begitu juga partner saya, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Kawah Putih dengan hanya bermodal GPS dan petunjuk yang sudah di terangkan dari teman saya itu.
Kawah Putih |
Keheningan di sela hiruk pikuk pengunjung |
Pre-Wedding |
Saya kala itu |
Angkutan |
Leuwigajah, Cimahi - Kawah Putih
Rute yang sudah di terangkan oleh teman saya ternyata cukup detail dari mulai kondisi jalanan yang kasar dan berbatu, berkelak - kelok, menanjak, banyak sawah, perkampungan dan sebagainya memang kami jumpai. Awalnya kami berniat mencari penginapan untuk bermalam di sana di sekitar Kawah Putih, namun kami lebih memilih untuk mengunjungi kawasan Kawah Putih terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah kami jadi menginap atau tidak.
Kawah Putih
Sampai di area wisata Kawah Putih ternyata kami harus menaiki sejenis angkutan umum terbuka yang akan mengantar kami ke puncak tempat Kawah Putih berada. Dan ternyata trek yang dilalui angkutan yang kami tumpangi cukup menegangkan, di salah satu sisinya terdapat tebing jurang, sedangkan jalanan yang digunakan sebagai trek medannya naik turun, berlkelok - kelok dan sempit, bahkan ketika ada mobil atau angkutan yang turun, kendaraan dari kedua arah harus menurunkan kecepatan dan saat berpapasan jarak antara kendaraan cukup sempit. Benar - benar menantang.
Hingga di atas, kami baru sadar kalau kami tidak membawa masker untuk menghindari bau belerang yang menyengat dan bisa mengganggu pernapasan. Saat itu situasinya sudah bisa ditebak, ramai dan ada beberapa kali saya melihat calon pengantin melakukan foto pre-wedding.
Kembali Pulang
Cukup lama kami berada di sana menikmati keindahan alam dan membiarkan tubuh terkontaminasi Belerang, kami akhirnya memutuskan untuk kembali turun. Tepat saat kami naik ke atas, keluar dari area Kawah Putih hujanmulai turun, deras. Kamipun harus menunggu untuk kembali turun karena banyak wisatawan yang saat itu juga bermaksud untuk turun menghindari terkena hujan. Tentu saja angkutan yang tersedia tidak bisa mengangkut seluruh pengunjung dengan hanya sekali angkut, jadi kami harus menunggu beberapa angkutan yang kembali. Dan menurut penuturan, jam lima merupakan dari akhir oprasional angkutan. Saya sempat melirik jam. masih jam 3.30 pm.
Cimahi - Jakarta
Memasuki Cimahi, saat itu sudah cukup larut, kami memutuskan untuk tidak mampir dulu di rumah teman saya, kami langsung melaju menuju Jakarta, karena satu dan lain hal kami mengurungkan niat untuk bermalam di area Kawah Putih. Di jalan kami menemui hambatan karena rasa kantuk yang merasuk dan kondisi jalan yang licin, motor yang kai tumpangi tergelincir di daerah dekat cipularang. Saat itu juga kami seolah terbangun oleh rasa kaget dan sakit dari luka yang diakibatkan oleh hantaman dengan jalan aspal, Luka tak kami hiraukan yang penting kami selamat, itu saja kami sudah bersyukur, Dengan sedikit menurunkan kecepatan, kamipun melaju pulang menuju Jakarta.
Perjalanan yang dijalanai adalah guru terbesar dalam kehidupan, dia tidak mengajarkan bagaimana menghitung, bagaimana membaca. Tapi perjalanan mengajarkan kita tentang kehidupan dan memperkenalkan kita kepada kematian. Karena sejauh apaun kita berlali, bila waktunya telah tiba, Mati adalah Mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar