Rabu, 08 Juli 2015

DeJa vu : Hutan Cifor Situ Gede

Cifor 1
Hutan Cifor

Saat Puasa...

Minggu ke dua di bulan puasa. Tepatnya tanggal 28 Juni 2015 kemarin, saya dan partner mengalami tragedi telat sahur. Ketika bangun saya mengalami jatlag saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 5.10am saya bergegas mengambil segelas air dan minum, saya lupa kalau sahur untuk wilayah jakarta adalah sekitar 4.40am.

Kami berdua mengalami fase "cengo" yang tidak tertandingi membuat kami melakukan hal yang tidak kami niati sama sekali.

Longstoryshort... Akhirnya tanpa rencana sebelumnya kami keluar dari kungkungan panasnya udara di dalam rumah kos tiga petak kami di Cijantung, Pasar Rebo.

Menuju Hutan Cifor dan Situ Gede yang berada di daerah Dramaga, Bogor Barat. Perjalanan ke sana cukup mudah, hanya mengikuti Jalan Raya Bogor lalu menuju Dramaga dan belok kanan menuju Situ Gede setelah belok kiri di pertigaan lotte mart.

Saat menuju area Situ Gede, kami disuguhi dengan jajaran pohon yang menghiasi ke dua sisi jalan hingga akhirnya kami tiba di area Hutan Cifor.


Cifor 2

Cifor 3

Cifor 4

Cifor 5

Cifor 6

Cifor 7



Jujur saja saat memasuki hutan tersebut pertama kali, saya terkejut. Selain karena partner berkata kalau dia seperti merasakan DeJa Vu namun juga karena hutan itu seperti yang pernah ada dalam mimpi saja sekitar tiga atau empat tahun lalu, ketika saya masih memakai seragam Putih Abu. Mimpi itu benar - benar saya ingat sampai sekarang karena mimpi itu terjadi selama satu minggu dan bersambung.

Awalnya saya pikir ini karena kebetulan saja. Toh hutan memang suasananya sama dan pasti seperti ini, pikir saya. Setelah sempat jalan - jalan di beberapa bagian di Hutan Cifor yang begitu rindang akhirnya kami memutuskan untuk memarkirkan motor di tempat parkir yang tersedia di dekat posyandu.

Cifor 9

Cifor 10

Cifor 11

Cifor 12


Menuju Area Situ, kami melewati jalan setapak. Saat itu seperti biasa saya diserang rasa kebelet yang tidak bisa ditahan lagi. Beruntung Sang Penjaga parkir mengatakan bahwa ada toilet di area Situ. Agak sedikit kesal karena Sang Penjaga parkir yang merupakan Ibu - ibu itu berbicara dan menunjuk seolah tak mau menatap kami berdua.


Cifor 13

Cifor 14


Sampai di area danau, ternyata Toilet Umum masih terkunci.

"Yang jaga belum datang." Ujar salah satu penjaga warung yang kami tanya.
"Gimana nih?" Saya sudah bingung.

Cifor 15


Jujur saja saya tidak pernah mau untuk kencing di sembarang tempat. Entah kenapa malu saja meskipun tidak ada yang melihat. Namun saat itu saya terpaksa menerima saran partner saya untuk kencing di balik tembok toilet (Maaf). Selesai kencing saya menuju ke arah partner, tiba - tiba saya kembali merasakan DeJa Vu. Saya kembali teringat mimpi saya.

Dalam Mimpi...

Suasana gelap, tapi saya tahu matahari sudah terbit dari semburat cahaya yang menembus sela - sela dedaunan rindang jajaran pohon di hutan saat itu. Saya berlari setelah selesai membuang hajat di balik salah satu tembok bersembunyi dengan perasaan malu karena tidak ada tempat kencing. Sesaat kemudian saya berlari menuju beberapa orang yang menunggu. Entah menunggu siapa saya tidak tahu, karena saya tidak mengenali satupun dari mereka. Namun perasaan saya mengatakan saya datang bersama dan untuk mereka. Saya menuju salah satu sosok lelaki seperti saya sudah cukup dekat. Kemudian entah bagiaman kami melihat pohon besar dengan bentuk akar yang berkelok - kelok dan batang phon yang begitu tinggi hingga tak mungkin kami mampu menyentuh daunnya.

...

Kami duduk di bangku kayu, saya hanya melihat jelas seorang lelaki yang saya dekati tadi, sedangkan yang lain seolah hanya samar - samar. Seorang lelaki paruh baya bersama seorang perempuan yang sepertinya merupakan pasangan lelaki itu bercerita tentang beberapa kengerian.

...

Penjaga, Kematian, Gadis, Merah, Kucing dan Kencing.
...

Kembali pada Realita...

Saya bukan tipe orang yang terlalu percaya dengan klenik, namun saya tahu itu ada dan saya paham itu, namun jelas saya tidak meng-imani. Setelah kencing tepat seperti dalam mimpi, saya sedikit berlari kecil sambil melompat - lompat kecil menuju partner saya yang berdiri sambil melihat - lihat ke atas. Sama persis, namun yang berbeda adalah hanya dia yang menunggu saya, bukan beberapa orang yang seperti dalam mimpi saya.


Cifor 16

Cifor 17


Kamipun duduk di salah satu warung yang berada di dekat jala setapak yang menuju entah ke mana. Di sana cukup nyaman dan terasa lebih terang dan bersih dari beberapa warung yang kami lewati sebelumnya.

"Mas kemarin ke sini?" Tanya si Ibu penjaga warung.
"Enggak bu, saya baru sekali ini." Jawab saya.
"Oh. Kemarin ada yang ke sini mirip sekali sama Mas. Wajah sama badan juga." Ujar Sang Ibu.


Cifor 18


Saya hanya nyengir. Ya mungkin salah satu dari sedulur pitu saya, jawab saya dalam hati. Beberapa kali kami mengambil gambar sambil diiringi Ray Of Life... Tiba - tiba dengan begitu akrab Sang Bapak penjaja warung itu mengobrol dnegan kami. Dia menyuruh partner saya mendatangi pohon besar yang tampak begitu familiar bagi saya. Lagi - lagi seperti dalam mimpi. Lalu dia bercerita tentang kejadian yang pernah dia alami dengan Kucing Hitam yang saya lihat sedang tertidur.


Cifor 19

Cifor 20

Cifor 21

Cifor 22

Cifor 23

Cifor 24


"Dulu saya pernah bermaksud mengusir kucing itu, dengan cara menendang perlahan. Tapi setelah itu saya di cegat oleh kucing itu tapi badannya segede kambing. Hitam dan besar." Kisah Si Bapak.

Saya tercengang antara percaya dan tidak percaya mendengar cerita Si Bapak. Saya tidak mau terlalu terbuai dengan kisah - kisang mistis Si Bapak yang seolah mengiyakan mimpi saya di mana di sana dulu ada seorang gadis yang selalu tinggal di hutan karena keluarganya melarang keinginannya menjadi artis dan gadis itu sering muncul beberapa kali dengan baju berwarna merah, juga tentang penjaga situ yang berwujud sepasang ikan mas yang besar.


Cifor 25

Cukup membuat bulu kuduk merinding memang, ditambah Si Bapak menunjukkan kami ntuk menghamiri sebuah pohon besar yang berjarak sekitar seratus meter dari meja tempat kami duduk. Dan lagi - lagi pohon besar itu memang mirip dengan pohon besar yang ada dalam mimpi saya. Tapi, sudahlah saya tidak mau termakan hal - hal seprti itu.

Kucing Hitam...

Menjadi agenda rutin di setiap perjalanan kami, kalau kami harus selalu melakukan kegemaran kami, yaitu narsis. Ya, seperti biasa kami mencoba berbagai macam gaya dan angle, hingga kami bermaksud untuk mengambil foto di sebuah meja yang kebetulan kucing hitam tadi pindah tidur ke meja itu. Mau tak mau kucing itu terusir karena kehadiran kami, namuan baru saja saya duduk kucing itu mengejar partner saya dengan seluruh bulu di tubuhnya berdiri. Bahkan langkah kaki kucing itu secara harfiah "NGEPOT."

Cifor 26


1 komentar: