Selasa, 01 Maret 2016

Bangka Belitung : Hari Pertama di Bumi Laskar Pelangi (Belitung)

Welcome To Belitong

18 Februari 2016 : Menuju Bumi Laskar Pelangi

Pagi sekali kami bertiga terbangun tepat jam 2.00 am setelah semalaman kami tak bisa tidur, ya sejenis nervous karena ini perjalanan traveling pertama kami keluar pulau (Kepulauan Seribu tidak masuk hitungan). Kami sudah mempersiapkan segalanya, dari mulai uang dan barang bawaan hingga memesan taksi.

Tepat seperti yang dijanjikan Pak Haryanto pengemudi Taxi Putra yang minggu lalu mengantar saya ke Bandara untukmenuju Padang suah datang, Kamipun bergegas dan duduk di belakang karena memang tubuh kami masih merasa kedinginan.

Pesawat kami berangkat pukul 5.55 am sebenaranya kami tak perlu berangkat terlalu pagi, karena kami sudah melakukan Online Check-In. Tapi lagi - lagi kami tak ingin kesiangan dan terjebak macet, karena hari itu masih hari kerja. Tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 4.00 am.

Sedikit jenuh menunggu di Bandara, namun beruntung kami bisa menikmati berselancar di dunia maya dengan menggunakan Wifi Bandara.

Sekitar jam 6.20 am pesawat baru Take Off karena harus menunggu satu penumpang transit dari Dubai. Hmmm kesal sih tapi setidaknya kami tak harus menunggu lebih lama lagi di ruang tunggu.
Perjalanan Jakarta - Tanjung Pandan terasa begitu cepat, sampai - sampai kami harus ngebut menghabiskan sarapan kami saat tiba - tiba pesawat mulai mendarat.

Mampir ke Danau Koalin (Danau Biru)


Di Danau Kaolin
Sekitar pukul 7.30 am pesawat mendarat di Bandara Hananjoeddin, Tanjung Pinang. Kedatangan kami sudah ditunggu oleh kakak senior kami yang memang merupakan alumnus STEMBAYO jurusan Geologi Pertambangan (dua tahun di atas kami), namanya Mbak Anggita. Ini adalah kali pertama kami bertemu Mbak Ang (Begitu panggilanku padanya).

Kami

Seperti rencana kami semula, Mbak Ang langsung mengajak kami berkeliling sebelum menuju ke penginapan yang berdekatan dengan rumahnya di daerah Laskar Pelangi, Gantong. Dan Kunjungan pertama kami di Bumi Laskar Pelangi adalah menuju Danau Biru Kaolin.

"Oh di sini juga ada Danau Kaolin ya, kirain cuma di Bangka aja!" Ujarku polos.
"Iya, banyak dek sebenarnya cuma yang di Bangka lebih terkenal." Jawab Mbak Ang.
"Danau ini bekas tambang pasir Kaolin!" Tambahnya.


Menuju Pulau Lengkuas


Tanjung Kelayang

Setelah puas berfoto di Danau Biru Kaolin, kami dibawa lagi untuk menyeberang menuju Pulau Lengkuas yang terkenal dengan foto - foto dari area mercusuarnya. Hmm semakin tak sabar.

"Pokoknya nanti mau foto di atas!" Partner saya berujar. Dia memang sangat terobsesi untuk berfoto di atas mercusuar.
Siap Berlayar

Sampai di Pantai Tanjung Kelayang, kami turun dan bergegas mengganti baju, karena persiapan untuk sekalian akan melakukan snorkeling. Dan memang benar kata Mbak Ang, bahwa ternyata tidak perlu membayar untuk masuk tempat wisata di sini, kecuali uang sewa perahu nelayan untuk menyeberang.

Hmm, tak banyak yang bisa saya katakan, karena suguhan indah di depan mata saya. Sang nahkoda mengantarkan kami berlayar dnegan perahu mesinnya menuju Pulau Lengkuas. Namun tak lupa kami mampir ke beberapa pulau.

"Sun Block di mana Moh?" Tanya saya.
"Eh gue lupa! Ketinggalan di Mobil!" Jawabnya histeris.
Alhasi, kamipun harus bertarung dengan panas yang begitu menyengat. Tapi semua itu tak masalah.

On Our Way
Pulau Burung 
Mampir Pulau Batu
Indahnya Bebatuan di Tengah Laut
Bukti Cinta Tuhan Untuk Manusia

Hingga tiba di Pulau Lengkuas, kami semakin terkesima dengan keindahan pemandangan yang tersaji. Sebelum masuk dan naik ke puncak mercusuar, kami diminta untuk melapor kepada penjaga, dan membayar untuk perawatan seikhlasnya setelah sebelumnya melepaskan alas kaki dan membersihkannya.
Bersih - bersih dulu
Mbak Ang dan Rizka menolak untuk ikut.
"Sudah pernah takut pingsan Hahahah." Kelakarnya.

Dari Jendela

Mengintip
Meniti Anak Tangga
Di Atas Inilah yang kami dapat.

Hallo From The Upside!!!
Mengintip Lewat Lubang
Hadiah Dari Tuhan
Hadiah Dari Tuhan
Memandang Pesisir Lengkuas
Selfie Dulu
Sibuk Upload
Namun ada yang membuat kami tertawa miris sekaligus geli, karena ternyata untuk menumpang duduk dan berteduh di saung - saung pantai kami harus bayar, tapi tak apalah. Sepele bila dibanding keindahan yang kami dapat, lagi pula gerimis mulai turun.










Pulau Pasir yang mulai timbul

Saat menuju kembali ke Tanjung Kelayang, kami sekali lagi melewati Pulau Pasir yang tadi tak nampak, namun kini sudah kembali timbul, namun hanya baru sebagian kecil saja, namun kami tetap mampir. Dan ternyata hmmm mengagumkan!

Pulau Pasir

Tanjung Tinggi

Setelah sampai kembali ke Tanjung Kelayang, kami istirahat sebentar sekalian untuk mengeringkan pakain yang basah. Tak berapa lama setelah itu kami di antar Mbak Ang menuju Tanjung Tinggi, tempat di mana para pemain Laskar Pelangi berlari - lari di sela bebetuan di tepi pantai.
Tanjung Tinggi

Banyak Bebatuan

Foto Dulu


Tanjung Pendam

Sekitar jam 2.30 am kami mulai kelelahan dan akhirnya kami menyerah dan meminta kepada Mbak Ang untuk langsung saja menuju ke Gantong. Aku yang sempat ketiduran, tiba - tiba terbangun saat kebutuhan mendesak tak bisa saya tahan. Kebelet pipis! untung saja saat itu bertepatan dengan sampainya laju mobil di area Tanjung Pendam. Setelah melepas hajat, kami mampir sebentar di Tanjung Pendam, dan Wow! Air laut mulai surut cukup jauh dari garis pantai sebelumnya.

Tanjung Pendam

Surut
Jauh
Pulang menuju Gantong, kami mampir dulu untuk makan di SS. Hmmm Rasa dan bumbunya rekomended, namun sayang karena lapar kami tak sempat memotret menu yang kami pesan.

Monumen Batu Satam
Matahari mulai terbenam menemani kami menuju Gantong. di tengah - tengah perjalanan yang kami jumpai adalah hutan dan perkebunan kelapa sawit dengan penerangan minim.

"Tin!" Beberapa kali Mbak Ang membunyikan klakson setiap mau melewati jembatan.
"Kalo di sini, setiap melewati jembatan harus membunyikan klakson!" Terang Rizka, teman Mbak Ang yang ikut menjemput dna memandu kami.
"Hah, kenapa?" Tanya kami nyaris serempak.
"Ya karena di sini masih banyak hal mistis." Jawabnya.

Dan saya mendadak ingin tidur saja. Di selal mata saya yang sengaja saya pejamkan saya mendengar Rizka dan Mbak Ang bercerita tentang keberadaan buaya yang ternyata memang banyak dan sering juga menampakan diri dan juga memakan korban di beberpa muara, sungai, danau dan juga kolong (Bekas penambangan Timah) yang sudah dihuni ekosistem baru.



"Di mana Bumi di pijak,
di situ langit dijunjung."
-unknown-

1 komentar:

  1. merit casino | Dacia Casino
    If you are looking to enjoy the games, be ready for a 온카지노 great gaming experience at a 메리트카지노 new casino with superb bonuses and top slot machines. You could even go 인카지노 for a

    BalasHapus