Selasa, 05 Mei 2015

First Timer : Gunung Batu

Gunung Batu, Sabtu 2 Mei 2015

Libur panjang di Jakarta dengan budget serba terbatas memang menyebalkan. Anyway, meskipun budget tak terbatas kalau pilihan yang tersedia hanya liburan di seputaran Kota Jakarta dan sekitarnya memang akan tetap membosankan. Belanja? Nonton? Clubbing? Ah saya terlalu "kampungan" untuk melakukan hal itu terus menerus.
1 Mei seperti yang sudah diketahui merupakan hari Buruh. Namun, entah bagaimana kantor tempat saya bekerja merubah May Day menjadi tanggal 2 Mei bertepatan dengan HARDIKNAS dan bertepatan dengan HARPITNAS alias Hari Kejepit Nasional, setidaknya bagi Karyawan di kantor tempat saya bekerja. Mungkin itu juga yang membuat jajaran Direksi "mengalokasikan" hari libur.

Long Story Short, karena sudah terserang semacam Long Weekend Mental Disorder saya dan partner memutuskan untuk mewujudkan keinginan kami untuk mencoba salah satu hobi baru. Hiking. Sebelumnya kami memang berniat untuk melakukan Hiking ke Gunung Bongkok, namun beberapa kali gagal karena cuaca yang tidak mendukung, hingga akhirnya untuk pertama kali kami hanya mampu menjajal kemampuan fisik di Gunung Munara. Hasilnya? Saya menyerah setelah badan saya gemetar saat mencapai puncak Batu  Belah. Memalukan dan memilukan. Sebenarnya saya berencana untuk mengambil Bolos di hari Sabtu (Saat belum tahu menahu masalah "alokasi" hari libur) untuk berangkat ke Gunung Bongkok Purwakarta. Ya tidak perlu ditebak, lagi - lagi gagal.


Jakarta 2 Mei 2015 05.00 AM

Setelah shalat Subuh akhirnya dengan bermodal tenda Dome pinjaman, kami berdua berangkat menuju Gunung Batu yang kami tidak tahu menahu di mana tempatnya. Yang kami tahu hanya Jonggol dan Cariu, itu saja. Dengan bermodal petunjuk dari beberapa blogger dan bantuan dari Here Drive di ponsel Lumia 730 yang saya miliki, akhirnya kami memberanikan diri untuk menembus jalanan.

Saya tidak akan menerangkan bagaimana cara menuju ke sana karena saya tidak bisa mengingat jalan mana belokan mana dan daerah mana yang sudah kami lalui. Yang saya ingat hanyalah kami dari Cijantung, Pasar Rebo menuju ke arah Cibubur Junction lalu ke Buperta dan seterusnya hingga kami menuju Jonggol. Jalanan di daerah Jalan Cileungsi tidak begitu bersahabat, banyak lubang di sana sini. Beberapa kali motor yang kami tunggangi mengalami guncangan hebat.

Setelah melewati jalan menanjak yang penuh dengan rimbun hutan.
Yang bisa saya ingat dan sangat membekas di perjalanan menuju Gunung Batu adalah ketika memasuki perkampungan dan kami harus melewati sekitar dua puluh kilo meter jalanan yang menanjak dipenuhi hutan dan di beberapa kilo terakhir jalanan mulai tak bersahabat. Hingga akhirnya kami tiba di ujung tanjakan dan jalan mulai menurun curam sepanjang beberapa ratus meter.


Petunjuk terakhir yang kami lihat.
Inilah petunjuk terakhir yang kami temui dan yang sempat saya ambil setelah kami meluncur di turunan panjang. Awalnya kami sedikit tidak yakin saat memilih jalan di salah satu pertigaan, karena ternyata Gunung Batu ada tiga yaitu Gunung Batu 1, 2 (Satu Arah) dan Gunung Batu 3 yang berbeda arah. Tapi setelah kami melihat Gunung yang terlihat dari jauh itu-yang ternyata Gunung Batu 1- kami yakin karena bentuknya sama dengan yang sudah kami lihat di beberapa halaman blogger sebelumnya.

Akhirnya tak berapa lama setelah petunjuk terakhir yang bertuliskan Gunung Batu, Suka Makmur tersebut dan melewati perkampungan, kamipun tiba di pintu masuk area Gunung Batu yang di dalamnya sudah ada beberapa motor terparkir dan terlihat beberapa pendaki Gunung Batu yang sudah turun. Harga Tiket masuk terbilang cukup murah, yaitu Rp. 10.000,- untuk Pengunjung/Pendaki dan Rp. 20.000,- untuk pengendara motor yang nge-camp sedangkan mobil Rp. 40.000,-

Menuju Titik Pendakian Pertama
Dari pintu masuk menuju titik pendakian ternyata kami harus berjalan terlebih dahulu hingga menemukan sebuah warung di perempatan jalan setapak. Di sanalah perjalanan mendaki dimulai. Dari awal pendakian ternyata tidak seperti saat saya naik di Munara, mungkin karena tenaga sudah terlanjur terpakai saat menuju titik pendakian pertama.
Menjinjing Tenda Pinjaman
Berhenti Sejenak
Sejak awal menapaki garis tanah yang diagonal ternyata benar - benar membuktikan bahwa untuk melakukan hobi seperti ini butuh ketahanan fisik dan persiapan yang cukup. Bagi amatir seperti saya sepertinya rutinitas yang sudah dua minggu ini saya jalani untuk melakukan lari pagi setiap hari cukup membantu.
Tiga Tanjakan Terakhir
Dan seperti dugaan saya, walau awalnya saya merasa optimis, namun rasa takut akan ketinggian kembali menyerang. Tepatnya di tiga tanjakan terakhir. Di tanjakan pertama dari tiga tanjakan terakhir saya mulai merasakan detak jantung yang semakin cepat, apa lagi saat saya mendongak melihat puncak dan memperhatikan beberapa orang yang bergantian antara yang turun dengan beberapa orang yang naik. Perasaan semangat dan takut bercampur menjadi satu, terlebih ketika saya mulai menanjaki tanjakan pertama yang hanya tersedia beberapa cekungan di tanah dan tali tambang sebagai pegangan. Untuk dua tanjakan selanjutnya terasa lebih mudah karena ada beberapa batu yang bisa dijadikan sebagai pijakan selain tambang yang bisa dijadikan sebagai pegangan.
Terbayar
Tidak ada bayangan untuk menyerah, meski berkali - kali saya harus meyakinkan diri saya sendiri bahwa rasa takut itu hanya ada di kepala saya saja.
 
Salah Satu Motivasi
Dengan berbekal sedikit keberanian dan juga ditambah keinginan untuk melakukan selfie di puncak Gunung Batu.

There I was!!! Akhirnya saya tiba di atas.
 
Tantangan terberat dalam kehidupan bukanlah menjalani.
Tapi bermimpi, lalu memulai untuk mewujudkannya.
Dari hal sekecil apapun, lakukanlah!
Karena tidak akan ada buah dan pohon yang rindang, tanpa diawali oleh tunas yang kecil.

Satu hal yang selalu saya ingat. Entah siapa yang mengatakannya.
"Kalau Mimpimu belum ditertawakan orang lain, berarti mimpimu kurang BESAR."


Salam Hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar