Selasa, 23 Februari 2016

Putih Abu (Kisah 5) : Celanaku Sayang Celana (Aku) Malang.

Seiris kecil memory tentang masa putih abu yang aku ingat memang sebagian besar merupakan hal yang memalukan. Tapi bukan mempermalukan yang menjadi point utama, tapi tertawa dan mengenang bersama itulah yang menjadi point sempurna yang saya harapkan.


Jangan cari saya!!!


Teringat sebuah kisah tentang saya yang dulu menjadi penjuru kecil dalam barisan yang kalau ada komando "Hitung! Mulai!" Maka saya akan berteriak "Sepuluh!" Atau "Lengkap!" Dengan keras. Yes, karena saya kurang bisa menyaingi tinggi badan teman teman satu pleton. Setiap latihan di "Kandang Macan" pleton putra dan putri akan di pisah. Dan seperti biasa saya akan mendapat posisi di trio terakhir pleton putra. Namun terkadang saya berada di tengah, itupun kalau pleton putra dan putri digabung tanpa menyelipkan personel putri di tengah trio. Ada satu kejadian yang cukup menggetarkan hati dan memalukan bagi diri saya pribadi saat pleton putra dan putri digabung.


Saya ingat saat itu hari kamis. Saat senja mulai merambati birunya langit Jogja, kami berlatih untuk sekedar latihan rutin, formasi dan sebagainya. Ada yang salah dengan saya saat itu. Saya biasanya mengkhususkan seragam yang lebih longgar setiap hari senin, kamis dan kecuali sabtu karena seragam khusus jumat sabtu memang saya buat standar saja karena kalau terlalu di pas akan panas. Tapi Kamis itu saya mengenakan seragam putih lengan panjang dan celana abu yang sedikit ketat di bagian selangkangan.


Dari para pembaca pasti familiar dengan teriakan senior yang berbunyi "Putra angkat rata-rata air!!!" Saat sedang melakuakn jalan di tempat dalam barisan.


Kala itu setelah melakukan dan mengikuti berbagai komando dasar hinga formasi, tubuh saya yang mulai lelah mulai lupa untuk mengakali celana ketat saya itu. Dan alhasil sesuatu terjadi saat komandan menyerukan komandonya.


"Jalan di tempat! Grak!" Saat itu Kak Danang Prayudi yang menjadi komando. Komando pertama semua baik-baik saja. Begitupun komando ke dua karena saya sempat sedikit mencuri gerakan untuk sedikit menarik celana saya ke atas. Hingga komando ke tiga.


"Shrek!!!!!" Suara yang tak ingin saya dengar dari efek yang timbul akibat kain yang terkoyak itu bergema kala posisi saya berada di shaf depan.


"Sial!!!" Umpat saya dalam hati.
"Kkkk!!!!" Dan saya mendengar dua orang di belakang saya terkekeh diikuti dua temen perempuan di sebelah mereka.


"Ada apa dek?" Menyadari ada yang salah. Kak Danang bertanya.
"Istirahat di tempat grak!" Saya tahu pasti beliau menginginkan jawaban atas apa yg terjadi. Saat semua anggota pleton mengambil posisi istirahat di tempat. Saya tetap teguh berdiri dengan sikap siap sempurna, enggan membuka kaki saya.


"Kak!" Saya tak mau menunggu lagi.
"Iya kenapa dek?" Tanya Kak Danang.
"Saya mau ijin gak ikut latihan lagi hari ini." Ucapku.
"Kenapa?" Terlihat kerutan di keningnya. "Emmm... Celana saya sobek!" Ujarku lirih. "Bahahhahahahh!!!" Tak elak tawa dari teman-teman dalam barusanpun pecah.
"Oh silakan!" Aku tahu Kak Danang sedang menahan tawa. Aku segera balik kanan keluar barisan. Sambil sedikit berlari dengan tangan menutui sobekan di celana bagian belakang, saya keluar dari lapangan.


Saya tak perlu bercermin untuk mengetahui betapa merahnya wajah saya saat itu. Saya segera berlari ke kamar mandi untuk sekedar memeriksa seberapa parah sobekan di celana saya dan ternyata.


"KAMPRET!!!" Dari bawah selangkangan hingga ujung lubang sabuk belakang terkoyak. Dan tentu saja tak perlu saya katakan bagian mana yang terekspos. Meski saya mengenakan underwear tetap saja itu memalukan.

With Shame (Shame on Me)
ME

Tidak ada komentar:

Posting Komentar