Senin, 29 Februari 2016

Tahun Baru : Pangandaran



Meski saya terlahir di tanah Sunda, tempatnya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Namun untuk urusan wisata saya tak tahu menahu dan bahkan belum pernah menjamah wisata alam daerah Jawa Barat, atau persempit saja, Tasikmalaya dan sekitarnya.

Namun, di awal tahun ini saya pribadi memang ingin mengunjungi keluarga kakak saya dan bertemu dengan keponakan cantik saya di Banjar Patroman, Jawa Barat. Dan karena itu akhirnya kami memutuskan untuk sekalian saja ke Pangandaran dan ke Green Canyon.

31 Desember 2015 jam 4.00am

Karena takut terjebak kemacetan daerah Puncak di pergantian tahun, kami memutuskan berangkat pagi buta. Namun saat sampai puncak, tetap saja kami terjebak. Tapi tak sesial para pengendara mobil, kami yang mengendarai mootor lebih beruntung setidaknya meski perjalanana menjadi sedikit lama ditambah terhalang oleh kabut dan hujan deras.  Sekitar jam dua belas siang kami baru sampai di  Banjar dan bertemu dengan kakak dan kakak ipar saya dan juga keponakan saya yang menggemaskan dan memang lebih mirip dengan wajah saya bila dibandingan dengan wajah kedua orang tuanaga. Mungkin saat mengandung Raffa, kakak ipar saya sedikit muak pada saya entahlah hahahahhahaha.


Malam itu karen kami di serang oleh rasa lelah, akhirnya kami tak ikut menyemarakan pergantian tahun, kami lebih memilih untuk tidur saja.

1 Januari 2016

Setelah tidur selama satu tahun, kami bangun pagi sekali untuk menuju Pantai Pangandaran.
Perjalanan sekitar dua samapi tiga jam untuk menuju Pantai Pangan daran dari Kota Banjar, namun saat tiba di sana kami kecewa dengan kondisi pantai yang kotor. Sudah pasti semua sampah itu adalah sampah sisa pesta perayaaan pergantian tahun malam tadi. Tapi haruskah mereka meninggalkan sampah itu di pantai? "KAMPUNGAN!" umpat saya kesal.

Akhirnya karena malas dan kecewa kami langsung saja menuju Grand Canyon, melewati beberapa area pantai lainnya termasuk Batu Hiu.

Batu Karas

Karena hari itu hari jumat, dan jam buka Grand Canyon adalah jam 1.00 pm maka kami yang malas menunggu memilih untuk menuju pantai Batu Karas terlebih dahulu sesuai dengan rekomendasi dari salah satu penjaga parkir di area Granc Canyon.

Ada kekesalan saat mengantri di pintu masuk area pantai Batu Karas. Antrean motor yang acak - acakan dan para pengantri yang menyerobot tetap dilayani. Hingga tiba saat motor kami sampai di depan wajah si penjaga pintu masuk saya tak bisa membungkam bibir saya.

"Emangnya antriaannya begini ya?" Tanya saya tanpa basa - basi.
"Maksudnya?" Tanya ssalah satu penjaga.
"Yang nyerobot antrian tetep diduluin? Yang nunggu lebih dulu dibiarin!" Reflek saja saya nyolot. Dalam batin saya hanya ngedumel dengan berbagai kutukan yang tidak pantas untuk dituangkan.
Penjaga itu hanya diam tak menjawab. Karena masih merasa kesal saya akhirnya mengeluarkan kata - kata terakhir saya.
"Lain kali gak usah pake penjaga kalau tetep berantakan begini masuknya. Percuma!" Kepala saya sudah benar-benar mendidih.

Sampai di area pantai kami sempat mampir dulu di pantai nelayan dekat pantai Batu Karas yang menjadi obyek wisata.

Kapal Nelayan

PANTAI BATU KARAS


Pantai Batu Karas



Ada sedikit rasa miris sebenarnya, saat saya melihat beberapa penduduk pribumi atau pengunjung berwajah lokal berlalu - lalang atau duduk di dalam mobil sambil melepaskan berbagai sampah plastik dari genggaman tangan mereka saat di sisi lain saya melihat beberapa anak kecil yang dipimpin oleh lelaki dan perempuan berwajah asing (Bule) memunguti sampah - sampah di area pantai.

Selfie
GRAND CANYON (Gagal)

Setelah puas, kami memutuskan untuk kembali menuju Grand Canyon, namun saat kami kembali ternyata loket dan area tunggu sudah disesaki pengunjung, awalnya kami mau memaksakan untuk tetap berjejal dalam antrian, namun ternyata menurut penerangan penjaga pintu gerbang keberangkatan perahu menerangkan bahwa hanya bis amenaiki perahu untuk berkeliling saja tapi tidak bisa body rafting.

"Gak bisa body rafting a, jadi cuma bisa keliling pakai perahu aja, kalau body rafting sampai ke dalam - dalam ditutup." Terangnya.

Percuma juga sih, kami pikir kalau tidak bisa body rafting. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja, toh mungkin memang Tuhan belum mengijinkan kami. Jadi sudahlah.

Kembali Ke Jakarta.

Hal yang paling saya benci saat berlibur adalah, saat saya harus kembali pulang menuju "Realita". Namun tak apalah, kalau saya terus berwisata, mungkin saja saya juga akan merasa bosan. Jadi satu - satunya yang bisa saya lakukan adalah, berharap dna berdoa pada Tuhan untuk memberi saya kesempatan untuk menikmati keindahan yang Dia ciptakan.

Mentari Terbit di Nagreg

Pagi Menyambut

Udara Segar

Sampai Jumpa

Pagi Mengantar

Menuju Daerah Bandung

Istirahat Sejenak

Di Daerah Cianjur

Tuhan selalu tahu bagaimana cara membuatku Jatuh Cinta
-ME-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar