Jumat, 05 Juni 2015

Putih Abu (Kisah 1) : Sang Balerina

Balerina 1
Setiap manusia pasti pernah mengalami hal yang memalukan namun bagi orang yang menjadi saksi atas kejadian memalukan itu, hal yang kita anggap memalukan akan tampak menggelikan dan menyenangkan bagi orang lain.

Punya sahabat dekat? Pernah saat anda jatuh dia tidak tertawa terbahak - bahak sebelum menolong anda? Tapi apakah anda marah bila dia bersikap seperti itu pada anda? Bila anda punya sahabat dan dia melakukan itu namnun anda tidak marah. Selamat, dia adalah benar - benar sahabat anda yang akan menemani anda dan anda adalah sosok sahabat yang tak akan pernah bisa tergantikan.

Namanya Bintang.
Balerina 2
Tokoh Utama dalam Cerita Ini

Gadis berkerudung yang baru menginjak masa remaja itu bernama Bintang. Seperti wanita STM yang mungkin ada dalam bayangan anda -Dulu, karena sepertinya gadis - gadis STM jaman sekarang sudah sangat berbeda-. Satu yang akan anda ucapkan saat bertemu Bintang saat itu. "Serem!" Berkerudung bukan jaminan kalau seseorang itu lembut ternyata, kalau untuk urusan agama tidak perlu ditanya dia jagonya, tapi kalau untuk urusan preman, dia juga Ratunya.

Pada suatu hari di jam istirahat...

Ini pertama kalinya saya dan Bintang akur, karena di pertemuan pertama kami seperti Tom and Jerry. Saat itu jam istirahat, sekitar pukul 9.15 am. Saya, Bintang dan Merry kala itu menuju salah satu kantin di dekat workshop CAD. Keadaan kantin memang sudah biasa sangat ramai saat jam istirahat, saya saat itu enggan untuk ikut berdesakan di antrian pembeli yang nampak buas dengan suara geraman diiringi gerakan tangan yang seolah ingin mencakar tiga ibu penjaja kantin itu.

Berbeda dengan saya, kedua gadis bertubuh kecil itu dengan berani masuk ke dalam kerumunan orang, bahkan berhasil masuk ke dapur yang juga sudah ada beberapa anak yang berdiri di sana. Akhirnya sayapun mengikuti jejak mereka, tak mau kalah dan tak mau kehabisan makanan.

Pertunjukan Ballet Terindah

Balerina 3
Duo
Setelah ikut menggeram - geram menyebutkan pesanan saya berniat untuk keluar, namun entah apa yang ingin Bintang ambil saat itu, dia malah melesak berusaha menampar - nampar pantat beberapa gadis di sebelah kiri - kanannya dengan tubuh ala model -baca kurus- yang saya bilang tidak bisa menandingi kokohnya tubuh - tubuh dengan bodi aduhai menuju bohai beberapa murid di sana.

Saya sempat memalingkan pandangan, begitu juga Merry. Seingat saya kami berdua berniat keluar area dapur meninggalkan Bintang yang sibuk dengan urusannya sendiri. Belum sempat kami menggerakan kaki, saya mendnegar sebuah ringkihan garang.

"Adduh!" Secara bersamaan bintang tampak terhempas keluar dari kerumunan. Tubuhnya limbung, salah satu kakinya menjadi tumpuan dengan kaki lainnya yang sedikit menggantung, tangannya melambai - lambai ke sana - ke mari seperti tentacle, Tubuhnya berputar, di dalam kepala saya seolah terdengar musik sayu mendayu, ya seperti alunan musik untuk mengiringi pertunjukan balet-. Rotasi tubuhnya sekitar dua kali berturut - turut, hingga akhirnya dia tidak bisa menahan oleng tubuhnya dan mulai terjatuh. Bersamaan dengan gerakan gugur tubuhnya, salah satu tangannya tanpa sengaja menyenggol sebuah baskom berukuran sedang yang dipenuhi dengan adonan gorengan.

"Bug! Pyok!" Begitulah kiranya efek suara dari jatuhnya tubuh Bintang diiringi siraman adonan basah yang melumuri seragamnya.

Tidak perlu ditebak apa yang saya lakukan. Saya hanya bisa menggigt bibir supaya tidak tertawa terbahak - bahak sedangkan Merry hanya tertegun heran menyaksikan sahabatnya itu.

"Ya ampun Mbak!" Seru salah satu ibu penjaga kantin.
"Adonankuuuu!" Ibu yang lainnya berteriak miris.

Tanpa ada yang membantu, karena kami yang berada di sana kaget, sedangkan ibu - ibu pedagang kantin kembali sibuk dengan dagangannya dan juga sibuk menyelamatkan adonan, membiarkan Bintang berdiri dengan sendirinya.

"Heh! Koe njorogke aku to!" (Heh! Lo ngedorong gue kan!) Tanpa kami duga ternyata Bintang langsung membentak salah satu murid dari jurusan lain, saya ingat gadis malang itu adalah Chika, dari jurusan Kimia Analis. Saya dan Merry kali ini dibuat menganga.

"Apa sih?" Chika tampak bingung.

"Alah!" Saya tahu saat itu mungkin Bintang perlu kambing hitam untuk urusan yang mepermalukan dirinya sendiri itu.

Bintang melaju dengan langkah kakinya yang cepat meninggalkan kami yang setengah berlari mengejarnya sambil terbahak - bahak. Meninggalkan tawa tanpa mengetahui apakah benar atau tidak bahwa Chika-lah yang menyebabkan pertunjukan Ballet paling indah tadi.

Tidak satupun dari kami menghiraukan Chika, kami hanya menghiraukan bayangan indahnya drama pertunjukan Ballet yang tadi sudah ditampulkan di depan mata kami.

Terima kasih Bintang untuk Hiburannya, You are The Best.

Honor and Pride
Friends.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar