Sabtu, 06 Juni 2015

Putih Abu (Kisah 3) : Hit Me Baby One More Time

Saat masih berperan sebagai anak ingusan, melihat siswa - siswi yang lalu lalang di depan rumah mengenakan seragam putih abu - abu membuat saya takjud dan membayangkan betapa dewasanya mereka, betapa mereka dipenuhi pemikiran dan perilaku tenang dan mampu berbicara dengan tertata serta penuh pemikiran matang juga berperilaku dewasa. -Mungkin saya terlalu termakan oleh sinetron pada jaman itu-. But the fact? A a! Totally wrong! Sangat bertentangan, khususnya saat saya yang sudah mulai mengenakan seragam sejenis.

Kids on Play...


Hit Me 1
Menginjak kelas XII masa itu ternyata tidak lantas mengubah beberapa murid di kelas saya menjadi semakin dewasa secara tingkah laku. Sebenarnya saya tidak paham seperti apa standar "kedewasaan" seseorang, yang jelas saat itu kami masih bisa dibilang sebagai kekanak - kanakan mungkin. Sering kami bermain dan bercanda berlebihan tentang satu hal. Mencela, tidur di lantai sepanjang istirahat, mengobrol dan bermain perang - perangan dengan menggunakan penggaris kayu atau apapun yang ada. Everyday was always be "Kids On Play" time.

Playground...

Suatu hari dan kalau tidak salah itu adalah hari Kamis, bertepatan dengan pelajaran Gambar Teknik. Kami semua berada di dalam ruang kelas yang dipenuhi dengan jajaran meja gambar besar dan tinggi didampingi kursi kayu bundar tanpa sandaran di setiap mejanya yang hanya menyisakan celah kecil di setiap jarak antara barisan meja sebagai jalur untuk berjalan kaki.


Hit Me 2
Saat itu setelah Pak Guru yang saya ingat Bapak Darsono memberikan tugas menggantikan Bapak Supono yang saat itu sedang ada tugas di luar sekolah, beliau keluar dan meninggalkan kelas yang dalam keadaan tenag -hanya untuk sementara-.

Seperti biasanya semua kembali dalam keadaan "normal" the Genius were gonna work and the kids were gonna play. And yes I was just a little brat. Tidak perlu menunggu lama sampai saya berjalan menghamipri dua manusia yang selalu terlihat seperti Tom & Jerry di dalam kelas. Bintang dan Ade. Saya menghampiri mereka dan seperti biasa memperbincangkan segala hal dan saling mencela hingga mampu memancing satu personil lagi, Agung. Kami berempat memang seperti team srimulat. Hanya penggembira saja khususnya saya mungkin yang mendapat gelar sebagai penggembira dari salah satu guru pembimbing. Duh!

Lama berbincang kami melihat satu benda yang menarik perhatian kami. Manual Forklift yang tersimpan di belakang ruanga kelas karena memang sedang ada renovasi di ruangan tersebut seolah - olah melambai ke arah kami menggoda kami menggelitik kami dengan segala imajinasi dan keceriaannya.

Hit Me Baby One More Time...


Hit Me 3
Tanpa ba bi bu kami berempat menuju "arena permainan" itu ditemani imajinasi kami yang tinggi.

"Aku ikut" Tampaknya Merry yang merupakan salah satu jenius dalam ekosistem kini ingin bereksperimen dengan imajinasinya bersama kami. Secara bergantian salah satu dari kami memegang tuas dan memompanya untuk mengangkat empat orang lainnya yang ada sedang beriada di bagian alas triplek tebal yang diletakan sebagai alas di atas garpu pengangkut. Hingga terakhir tiba giliran saya untuk memegang tuas pengungkit dan membiarkan empat orang sahabat saya bermain seolah - olah mereka berada di atas kapal.

Beberapa kali saya memompa tuas pengungkit dan alas triplek terangkat. Di gadapan saya di depan tuas pengungkit berdiri Ade yang ikut membantu memompa tuas, di belakang Ade ada Bintang yang berdiri sambil melambaikan tangan seolah sedang mengikuti parade putri kecantikan laku Merry duduk di bawah sambil bersila entah apa yanh di lakukan karena dia hanya tertawa serta Agung yang berdiri di ujung sambil melakukan hal aneh seperti biasanya. Beberapa kali forklaift naik dan beberapa kaki juga forklift turun, hingga suatu saat tiba - tiba pibtu terbuka dan tak ada peringatan bagi kami berlima yang berhasil membuat kami terpaku. Sosok Pak Darsono berdii di depan pintu memandang kami sambil menghela nafas panjang. Pandangan mata kami nanar hingga beberapa saat hingga akhirnya kami tersadar. Dengan spontan saya melepaskan pegangan tangan pada tuas, namun naas bagi ade dia yang masih mencondongkan tubuhnya ke arah tuas menolehkan wajahnya ke arah saya bertepatan dengan lepasnya tuas yang baru saja saya lepas.

Hit Me 4
SUSPECT
"BUGGGG!" Efek pegas dari tuas yang tadi dalam kondisi terpompa penuh melenting kembali pada posisi normal denga terlebih dahulu menghantam wajah Ade. Saya tidak sempat tertawa tidak juga yang lainya. Bahkan Ade hanya bisa menaduh sambil ikut berlari.

Saya, Bintang, Merry dan Agung bisa dengan lancar meluncur sambil menunduk diantara cela meja hingga tiba di kursi masing - masing. Namun sekali lagi naas bagi sahabat kami Ade yang memang bertubuh sedikit besar.

"Buuggg! Adduuh!"
"Buggg!!! Buggg!"

setelah berkali kali mengantam kaki kayu meja gambar yang keras kali ini Ade hanya bisa menganga tanpa suara menggambarkan rasa sakit sambil mengusap - usap keras bagian tubuhnya yang terasa sakit. Saat itulah kami tertawa terbahak - bahak, tak terkecuali Ade.

Ade, maafkan kami. Maafkan saya sobat.
Honor and Pride
Friends

Tidak ada komentar:

Posting Komentar